Bitcoin: Good or Bad?
Sebagai seorang Bitcoiner, kalimat seperti apa yang biasa Anda temui
ketika berbicara dengan seseorang yang belum mengerti tentang Bitcoin?
“Memangnya Bitcoin legal ya hukumnya?”
“Karena sifatnya anonim, Bitcoin
mudah dijadikan alat kejahatan seperti untuk money laundering atau
transaksi barang-barang illegal!”
“Bagaimana Bitcoin bisa menjadi mata uang dunia bila harganya selalu berubah-ubah?”
Mungkin ketiga pertanyaan di atas merupakan contoh kalimat yang
umumnya dilontarkan oleh masyarakat yang belum mengenal konsep mata uang
digital. Tidak dapat dipungkiri bahwa berita buruk mengenai Bitcoin
memang terus-terusan berdatangan. Kasus bangkrutnya MtGox yang merugikan
jutaan pengguna Bitcoin di dunia hingga hari ini masih belum jelas
kabarnya. Penggunaan Bitcoin di situs gelap SilkRoad juga membuat
Bitcoin tenar dalam bidang negatif. Belum lagi ditambah kasus Bitstamp
yang baru-baru ini sempat tutup karena kehilangan 19.000 Bitcoin yang
menyebabkan harga Bitcoin di seluruh dunia anjlok ke angka dua juta.
Semua berita ini membuat masyarakat dunia mengakui keberadaan Bitcoin
namun sebagai sebuah hal yang negatif dan terkesan ‘jahat’.
Jika Anda seorang Bitcoiner, Anda pasti paham betul tentang seberapa
besarnya potensi yang ada dibalik Bitcoin untuk membantu pihak-pihak
yang selama ini dirugikan oleh proses pengiriman uang yang menggunakan
pihak ketiga. Sekarang, warga-warga di Afrika yang terkena wabah Ebola
dapat tertolong dengan donasi yang diberikan oleh Bitcoin user
yang tersebar di seluruh dunia. Greenpeace, American Red Cross, bahkan
Wikileaks yang ditentang pemerintah pun bisa tetap menjalankan
programnya berkat donasi Bitcoin dari masyarakat global yang menuntut
adanya kebebasan dalam berbicara. Proses remittance di
Filipina, contohnya, telah berhasil membantu orang-orang Filipina yang
bekerja di Hong Kong untuk mengirim uang ke negara asalnya tanpa harus
membayar biaya transaksi yang tinggi berkat Bitcoin. Namun, mengapa
berita-berita ini cepat sekali tenggelam dan terlupakan atau bahkan
tidak dianggap oleh publik?
Penelitian dari para ahli psikologis di dunia mengatakan bahwa
seseorang pada dasarnya memang cenderung lebih cepat merespon berita
negatif daripada berita positif. Ada juga pendapat bahwa kita cenderung
lebih tertarik pada berita-berita buruk karena secara tidak sadar, kita
selalu menganggap dunia itu lebih indah daripada yang sedang kita
jalani. Hasilnya, ketika kita mendengar kabar buruk, berita tersebut
akan kita ingat karena berlawanan dengan apa yang kita yakini. Kita juga
lebih mengingat berita buruk karena sebagai manusia, kita sudah
terlatih untuk melindungi diri kita dari berbagai ancaman. Keadaan
tersebutlah yang membuat kita selalu ‘mencari’ berita buruk dan melawan
hal baru yang menurut kita berbahaya.
Kini, Bitcoin terkesan terus dilanda ‘musibah’ yang tentunya
mengurangi rasa kepercayaan orang dengan Bitcoin. Padahal jika dilihat
dari kacamata yang berbeda, masalah yang melanda Bitcoin seperti kasus
money laundering atau penjualan narkoba, sebenarnya juga terjadi kepada fiat money yang
dikeluarkan pemerintah. Jika Anda memang seorang Bitcoin user, dan Anda
sudah paham betul dengan apa yang bisa dilakukan Bitcoin bukan hanya
dari segi buruknya saja, maka Anda tidak akan melepas Bitcoin hanya
karena dipengaruhi oleh berita-berita seperti ini.
Dan ingat, selama kita percaya dengan Bitcoin, Bitcoin akan terus berharga.
Opini dari Suasti Atmastuti Astaman
Business Development Manager of Bitcoin Indonesia
No comments:
Post a Comment